Kira – kira 12 tahun yang lalu. Tepatnya pada tahun 2001. Sesosok Asia akhirnya mencicipi nikmatnya gelar scudetto. Sebuah istilah Bahasa Italy untuk klub yang menjuarai kompetisi sepakbola yang berlangsung selama kurang lebih 10 bulan. Sebelum itu, belum pernah ada seorang Asia yang mencicipi scudetto. Sampai sesosok Asia itu akhirnya menjadi orang Asia pertama yang meraih gelar scudetto. Sosok itu bernama Hidetoshi Nakata.

Dari namanya, sudah jelas dia berasal dari Asia Timur. Tepatnya dia berasal dari Jepang. Memulai karier di klub lokal Bellmare Hiratsuka pada tahun 1995. Kariernya semakin melejit ketika dia diberi kesempatan mencicipi atmosfer liga italy bersama klub bernama Perugia. Bagi pendukung setia Juventus (seperti saya) pasti masih ingat bagaimana kiprah gemilang Nakata membuat Juventus harus susah payah menaklukan Perugia yang notabene adalah klub medioker.

Yang menarik dari Nakata adalah tokoh yang telah menginspirasi dia, sehingga memantapkan diri untuk menjadi pemain sepakbola.Bukan Pele, Maradona, Platini, ataupun Beckenbauer. Tokoh yang menginspirasinya adalah Tsubasa Ozora. Pemain sepakbola legendaris asal Jepang yang fiktif.

Nakata pernah berkata bahwa komik Captain Tsubasa merupakan inspirasi terbesarnya dalam memilih sepak bola sebagai kariernya

Hal tersebut seolah – olah menegaskan bahwa apa yang kita lihat, dengar, dan rasakan memang akan mempengaruhi kehidupan kita. Terutama pada usia kanak – kanak. Informasi – informasi yang masuk akan dicerna oleh alam bawah sadar menjadi informasi – informasi yang akan membentuk watak dan kepribadian, bahkan juga mempengaruhi pilihan karier pada masa depan seperti contoh Hidetoshi Nakata di atas.

Inti dari tulisan saya ini adalah…

Kita lihat tokoh – tokoh kartun yang dewasa ini bermunculan. Tidak sedikit tokoh kartun yang memiliki ciri – ciri yang sama. yaitu bermata satu. Kita lihat contoh berikut :

ImageImageImageImageImage

walaupun sebagian karakter tersebut diberi nama sebagai “monster”. namun secara visual mereka adalah makhluk – makhluk yang lucu. Karena lucu, karakter mereka banyak yang digunakan menjadi souvenir – souvenir seperti boneka atau gantungan kunci yang semakin mendekatkan mereka dengan anak – anak. Alhasil, lama kelamaan anak – anak tersebut akan beranggapan makhluk bermata satu bukanlah lagi sesuatu yang menyeramkan. Namun justru sesuatu yang lucu.

Jika hari ini kita berhadapan dengan sosok bermata satu, kita akan merasa ngeri. Namun bukan hal yang mustahil di masa depan. Anak – anak akan berhadapan dengan makhluk bermata satu dan mereka tidak akan merasa seram atau aneh. Memory – memory di masa kecil tentang plankton atau minion akan muncul kembali dan membuat mereka berpikir makhluk bermata satu bukanlah monster. Makhluk bermata satu adalah sesuatu yang lucu. Atau bahkan makhluk bermata satu adalah seseorang yang harus diikuti.

Apakah makhluk bermata satu akan muncul di masa depan? Mungkin saja, namun yang pasti. Memang akan dijanjikan seseorang yang salah satu cirinya adalah memiliki salah satu mata yang cacat. Seseorang yang akan datang ketika zaman sudah berada di ujung waktu. Seseorang yang banyak dikenal dengan nama Dajjal.

Kapan? Who knows…

-bcl-